Jumat, 12 November 2021

 

PERMATA ORANG

Kedatanganmu dalam hidup ku membaut aku merasa sebagai orang yang beruntung, kehadiranmu ditiap waktu-waktu ku dapat membuat ku merasa damai dan hidup damai. Tak sedikit penyesalan saat aku menemukanmu, tak ada keesdihan saat bisa bersamamu. Bagiku saat itu kau adalah anugrah terindah yang diberikan tuhan pada ku. Mulai dari perjumpaan yang tak disengaja, kemudian mengagumi sosok wanitamu.

Sosok wanitamu benar-benar aku mengaguminya. Perjumpaan yang tak disengaja ternyata menumbuhkan rasa cinta yang tak terduga. Hati memang tak bisa dibohongi masalah prasaan, karna itulah sifat hati mencerna rasa dengan apa adanya. Dari kelembutan dan kerendahan hati, aku merasa tak kan pernah kecewa mengenal dirimu.

Hingga ku panggil kau jannati, surgaku sebagai simbol kebahagian dan keberuntungan ku yang bisa bersamamu saat itu. Sungguh aku merasa terlahir kembali, menemukan arti hidupku dan maksud hidupku, bermaksud menghabiskan sisa usiaku bersamamu, menempati ruang dan waktu bersama-sama. Aku sama sekali tak takut mengarungi waktu menghadapi masa depan yang entah bagaimana, asal bisa bersama sosok dirimu aku yakin akan baik-baik saja.

Hari-hari yang terus berubah dan berganti, dan hati ku semakin tertaut dengan hatimu. Serasa kita yang memiliki dua raga namun memiliki satu hati, seolah-olah kita saling mengerti semua yang dirasakan satu sama lain. Barang kali ini lah cinta yang sesunggguhnya. Sejujurnya sepanjang usia ku hingga saat ini, sesekali tak pernah ku mencintai seseorang sedalam dan setulus aku mencintaimu. Walau sebenarnya pernah juga kehilangan seseorang yang menjadi harapan untuk membersamai di masa depan.

Hingga saat itu aku pernah ingin menyerah untuk mengharapkan cinta sejati lagi, dan hidupku biasa-biasa saja karna tak ada harapan, tujuan yang matang untuk dicapai dimasa yang akan datang, hanya bernafas, melangkah, dan melakukan apa yang bisa dilakukan, begitulah hidupku saat itu.

Namun kehadiranmu dalam hidupku memberikan warna baru, harapan baru dan semangat baru. Entah aku yang datang pada mu atau kau yang datang pada ku. Namun ku rasa kita saling menerima satu sama lain, keselarasan hati dan pikiran antara kita, seolah-olah kau adalah belahan jiwa ku. Entah mengapa langkah ku menjadi ringan, nafas ku terasa lega, dan hidup ku menjadi lebih bergairah.

Kau bagaikan obat untuk hidupku, kehadiranmu membuat hidupku lebih bermakna, aku punya mimpi lagi, dan semangat menjalani hidup ini Hanya dengan senyuman dari mu. Mungkin ini agak berlebihan tapi begitulah kenyataannya, ketika ku rela bekerja sebagai buruh untuk memberimu kado wisuda, ketika ku rela menemuimu selepas pulang kuliah dan menunggumu hingga hampir satu jaman, ketika kurela kehujanan untuk mentraktirmu walau kau tak kunjung datang, itu semua menjadi tak mengapa kulakukan ketika melihatmu tersenyum disisiku.

Aku terlalu percaya diri bahwa kita bisa bersama selamanya bahkan hingga kesurgaNya. Bagaimana tidak, dalam setiap kata dan sikapmu kau memberikan keyakinan bahwa hatimu hanya tertuju pada ku. Hingga kupercayakan segalanya tanpa curiga sedikitpun. Kelak kita pasti akan bersama.

Bagaimana aku tidak mencitaimu dan menginginkan bersama mu, kehadiranmu membuat aku menjadi lebih dekat dengan tuhanku, membuat aku lebih tenang dengan dunia yang penuh asa. Hingga dalam doa-doa yang kupanjatkan ku sebutkan namamu agar menjadi takdirku bisa bersama mu selamanya. Tentu itu juga harapan kita bersama kala itu, ingin bersama mengarungi ruang dan waktu bersama-sama selamanya.

Namun sayang apa daya hamba yang hanya mengharapakan, namun tuhan yang memutuskan dengan siapa kita bersama. Tak pernah terduga dan terbayangkan bahwa kau akan pergi meninggalkan aku yang baru bangkit dari keterpurukan, yang baru saja merasa hidup kembali. Dibalik kata manis dengan senyumanmu, dibalik sikap teduh dan lembutmu kau hempaskan aku, kamu bunuh aku seketika.

Malam itu tak pernah aku inginkan, berita yang kuterima dari sahabat mu berita takdir kita memang bukan untuk bersama walau kita sama-sama mengharapkannya. Kau pergi bersama mantanmu dulu yang pernah kau ceritakan, yang bahkan kau muak dengannya, kau yang berkata terganggu dengan dirinya, kau yang tak ada hati lagi untuknya. Namun malah kau memilihnya.

Ku yakin malam itu kau pasti tau bagaimana rasa hancurnya hatiku. Karna ku yakin hingga malam itu kita masih saling mencintai dan hati kita masih satu. Kekecewaan ku yang sangat dalam, membuat dada ku sesak, seakan hidup ini sudah sampai disini, sungguh bodoh skali aku kala itu. Otak ku tak mampu mencerna takdir malam itu. Dengan naifnya aku mendoakan mu agar bisa bahagia bersamanya. Tuhan tidak menghendaki kita bersama walau kita mengharapkannya. Tidak ada yang salah dengan takdir, semua adalah pelajaran untuk mentarbiyah iman.

Sejujurnya melapaskanmu bagai melepas separuh jiwa ku, akan ada yang kurang, hambar tak ada rasa lagi hidup ini, dan kelabu tak berwarna. Semua hal yang telah kita recanakan, mimpi-mimpi yang telah kita ukir bersama sirna pada malam itu. Walau begitu indah dan sangat kita harapkan namun tetap saja kita tidak punya daya melawan takdir tuhan.

Percayalah hingga kapan pun aku akan tetap mencintaimu walau ragamu tak dapat aku miliki, dalam sajak doa ku, ku silipkan namamu agar baik-baik saja dan selalu bahagia. Sedikit ku pahami, cinta sejati bukan hanya prihal kita saling memiliki, namun juga kita bisa saling merelakan ketika takdir tak menyatukan kita, tetap saling mendoa kan untuk bisa bahagia walau tak lagi bersama..

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar